KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN REMAJA
DAN MANFAATNYA BAGI PENDIDIK
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
Tugas Akhir Semester Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
Selasa Pukul 16.00-18.00 di Ruang 07
Oleh:
Nama : Irma Khoirul Ummah
NIM : 120210101007
Kelas : D
JURUSAN
PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
Semester Genap 2012 – 2013
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmatnya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah “Karakteristik
Perkembangan Remaja Dan Manfaatnya Untuk Guru Sekolah Menengah Pertama”
ini dengan baik. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas akhir semester mata
kuliah Perkembangan Peserta Didik yang diberikan.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada
Ibu Nanik sebagai dosen mata kuliah Perkembangan Peserta Didik yang telah membantu
kami untuk menyelesaikan tugas ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik.
Kami berharap makalah ini dapat membantu
kita semua agar lebih memahami tentang Karakteristik
Perkembangan Remaja Dan Manfaatnya Untuk Guru Sekolah Menengah Pertama.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran pembaca sangat kami
harapkan untuk menyempurnakan makalah kami selanjutnya.
Jember,
17 Mei 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa remaja
adalah masa dimana seseorang akan mengalami perubahan dalam hidupnya, baik dari
segi fisik maupun segi psikis. Dalam masa ini seseorang akan mengalami tingkat
kedewasaannya dalam menghadapi hidup ini. Seorang anak dapat dianggap sudah
dewasa apabila telah menguasai sepenuhnya fungsi fisik dan psikisnya.
Masa remaja
dimulai setelah seseorang mengalami perubahan, baik dari segi fisik
maupun psikis. Dalam fase ini seseorang akan mengalami perubahan-perubahan dari
masa kanak-kanak ke masa remaja, yang akan membawa seseorang menuju
kedewasaannya. Remaja usia 13 tahun menunjukkan perbedaan yang besar
dengan remaja usia 18 tahun. Pada umumnya anak laki-laki mengalami masa
pubertas pada usia 12-16 tahun dan 11-15 tahun pada perempuan.
Seseorang
dikatakan sudah remaja apabila seseorang itu telah mengalami perubahan dalam
hidupnya secara fisik maupun psikis. Dalam masa remaja ini pula seseorang akan
mulai mengetahui akan pentingnya kebutuhan seksual dalam hidup mereka.
Ada beberapa
karakteristik anak di usia Sekolah Menengah Pertama yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta
didik khususnya ditingkat Sekolah Menengah Pertama. Sebagai guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan
keadaan siswanya, maka sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui
karakteristik siswanya.
Pada makalah
ini juga akan di paparkan mengenai beberapa metode pengajaran pada tingkat Sekolah Menengah Pertama dan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik usia Sekolah Menengah
Pertama.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian remaja?
2. Bagaimana
karakteristik umum perkembangan remaja?
3. Apa
manfaat mempelajari karakteristik perkembangan remaja untuk guru Sekolah
Menengah Pertama?
4. Metode
pengajaran yang bagaimana yang sesuai untuk mengajar peserta didik usia Sekolah
Menengah Pertama?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian remaja.
2. Untuk
mengetahui karakteristik umum perkembangan remaja.
3. Untuk
mengetahui manfaat mempelajari karakteristik perkembangan remaja untuk guru
Sekolah Menengah Pertama.
4. Untuk
mengetahui metode pengajaran yang sesuai untuk mengajar peserta didik usia
Sekolah Menengah Pertama.
1.4 Manfaat
1. Dapat
memberi informasi kepada pembaca pengertian remaja.
2. Dapat
memberi informasi kepada pembaca karakteristik umum perkembangan remaja.
3. Memberi
informasi kepada pembaca manfaat mempelajari karakteristik perkembangan remaja
untuk guru Sekolah Menengah Pertama.
4. Member
informasi kepada pembaca mengenai metode pengajaran yang sesuai untuk mengajar
peserta didik usia Sekolah Menengah Pertama.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Remaja
Santrock
(2003) mendefinisikan remaja sebagai masa perkembangan transisi antara
anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan
sosial-emosional. Perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional yang
terjadi berkisar dari perkembangan fungsi seksual, proses berpikir abstrak
sampai pada kemandirian.
Dari
tinjauan usia, maka remaja adalah mereka yang berusia 10-19 tahun dan belum
kawin. Hal ini sesuai dengan batasan 10-19 tahun menurut WHO. Namun batasan
usia remaja hingga usia 19 tahun ternyata tidak menjamin remaja telah mencapai
kondisi sehat fisik, mental, dan sosial untuk proses reproduksi, sehingga WHO
kemudian meningkatkan cakupan usia remaja sampai 24 tahun (Meiwati Iskandar,
1998). Hurlock (1994) mengatakan bahwa awal masa remaja berlangsung kira-kira
dari 13 tahun sampai 16 tahun atau 17 tahun, dan akhir masa remaja berlangsung
dari usia 16 tahun atau 17 tahun sampai 18 tahun. Sementara di Indonesia
sendiri menurut hasil SUPAS pada tahun 1995, proporsi remaja di Indonesia
berumur 10-24 tahun sebesar 31,39 % dari keseluruhan jumlah penduduk (BPS,
1995).
Sedangkan oleh Hurlock (1994) masa
remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir
saat mencapai usia matang secara hukum. Istilah remaja dalam bahasa Inggris
disebut sebagai adolescence, yang berasal dari bahasa latin “adolescare”
atau diartikan sebagai tumbuh kearah kematangan. Kematangan disini tidak hanya
berarti kematangan fisik, tetapi terutama kematangan sosial psikologi.Berhubung
ada macam-macam persyaratan untuk dikatakan dewasa, maka sebelum abad 18 remaja
dimasukkan dalam ketegori anak-anak padahal masa remaja menunjukkan dengan
jelas sifat-sifat transisi atau peralihan (Calon dalam Monks, 2006). Dari pernyataan
di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian remaja adalah individu
dengan usia rata-rata antara 11-24 dimana terjadi perubahan biologis, kognitif,
dan sosial-emosional yang terjadi berkisar dari perkembangan fungsi seksual,
proses berpikir abstrak sampai pada kemandirian.
Seperti
diuraikan, batasan masa remaja sangat sulit dirumuskan sehingga sulit
menentukan kapan masa ini dimulai dan kapan berakhirnya. Uuntuk mempermudah
maka dipilih batasan secara kronologis yaitu remaja yang digunakan oleh Sarwono
(1994) memberi batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah untuk remaja
Indonesia dengan pertimbangan usia 11 tahun adalah usia dimana umumnya tanda
seksual sekunder mulai nampak. Batasan usia 24 tahun merupakan batas maksimal
yaitu untuk memberi peluang pada mereka yang masih menggantungkan diri pada
orangtua dan belum menikah. Secara teoritis, masa remaja dibagi
menjadi dua, yaitu:
1.
Masa pubertas
Masa pubertas disebut masa bangkitnya kepribadian ketika minatnya lebih
ditujukan kepada perkembangan pribadi sendiri. Ada beberapa sifat yang menonjol
pada masa ini, yang tidak sama kuatnya pada semua remaja, diantaranya yaitu:
Ø Pendapat lama ditinggalkan
Ø Keseimbangan jiwanya terganggu
Ø Suka menyembunyikan isi hati
Ø Masa bangunnya perasaan kemasyarakat
Ø Adanya perbedaan sikap laki-laki dan sikap perempuan
Pubertas dianggap sebagai periode sensitif yang
memiliki pengaruh sangat besar bagi kehidupan individu. Periode ini menandai
perpindahan dari tahap anak-anak menjadi tahap dewasa.
2.
Masa adolesen
Masa adolesen berada dengalami antara usia 17dan 20 tahun. Atau mengambil
betas batas permulaan pada saat remaja mengalami perkembangan jasmani yang
sangat menonjol, sedanngkan batas-batas akhir pada saat berakhirnya
perkembangan jasmani. Beberapa diantaranya sifat-sifat adolesen yaitu:
Ø Mulai tampak garis-garis perkembangan yang dikutinya di kemudian hari
Ø Mulai jelas sikapnya terhadap nilai-nilai hidup
Ø Jika masa pubertas menngalami keguncangan, dalam masa ini jiwanya mulai
tampak tenang
Ø Sekarang ia mulai menyadari bahwa mengecam itu memang mudah tapi sulit
melaksanakannya
Ø Ia menunjukan perhatiannya kepada masalah kehidupan sebenarnya
(Anonim,2012).
2.2 Karateristik Umum Remaja
Karakteristik remaja berhubungan dengan
pertumbuhan (perubahan-perubahan fisik) ditandai oleh adanya kematangan
seks primer dan sekunder. Sedangkan karakteristik yang relevan dengan
perkembangan (perubahan-perubahan aspek psikologis dan sosial).
1. Pertumbuhan
Fisik : Kematangan Seks Primer
Kematangan seks primer adalah ciri-ciri
yang berhubungan dengan kematangan fungsi reproduksi. Kematangan seks
primer bagi remaja perempuan ditandai dengan datangnya menstruasi (menarche).
Dengan timbulnya kematangan primer ini remaja perempuan merasa sakit kepala,
pinggang, perut, dan sebagainya yang menyebabkan merasa capek, mudah lelah,
cepat marah. Adapun kematangan seks primer bagi remaja laki-laki ditandai
dengan mimpi basah (noeturnal emmission).
2.
Pertumbuhan Fisik : Kematangan Seks
Skunder
Karekteristik seks skunder yaitu
ciri-ciri fisik yang membedakan dua jenis kelamin. Perubahan ciri-ciri
skunder pada remaja laki-laki nampak seperti timbulnya “pubic hair”
rambut di daerah alat kelamin, timbulnya “axillary hair” rambut di
ketiak, seringkali tumbuh dengan lebat rambut di lengan, kaki, dan dada, kulit
menjadi lebih kasar dari pada anak-anak, timbulnya jerawat, kelenjar keringat
bertambah besar dan bertambah aktif sehingga banyak keringat keluar. Otot
kaki dan tangan membesar, dan timbulnya perubahan suara.
Karakteristik seks skunder remaja
perempuan ditandai seperti perkembangan pinggul yang membesar dan menjadi
bulat, perkembangan buah dada, timbul “pubic hair’ rambut di daerah
kelamin, tumbul “axillary hair” rambut di ketiak, kulit menjadi kasar
dibandingkan pada anak-anak, timbul jerawat, kelenjar keringat bertambah aktif
sehingga banyak keringat yang keluar dan tumbuhya rambut di lengan dan kaki.
3. Perkembangan
Aspek Psikologis dan Sosial
Karakteristik yang relevan dengan
perkembangan (aspek psikologis dan sosial) telah ditandai oleh adanya hal
berikut:
Ø Kegelisahan
Remaja
mempunyai banyak idealisme angan-angan atau keinginan yang hendak diwujudkan di
masa depan. Akan tetapi sesungguhnya remaja belum memiliki banyak kemampuan
yang memadai untuk mewujudkan semua itu. Tarik menarik antara angan yang tinggi
dengan kemampuan yang belum memadai mengakibatkan mereka diliputi perasaan
gelisah.
Ø Pertentangan
Pertentangan
pendapat remaja dengan lingkungan khususnya orang tua mengakibatkan kebingungan
dalam diri remaja itu sendiri maupun pada orang lain.
Ø Mengkhayal
Keinginan
menjelajah dan berpetualang tidak semuanya tersalurkan. Biasanya terhambat dari
segi biaya, oleh karena itu mereka lalu mengkhayal mencari kepuasan. Khayalan
ini tidak selamanya bersifat negatif, justru kadang menjadi sesuatu yang konstruktif.
Misalnya munculnya sebuah ide cemerlang.
Ø Aktivitas
kelompok
Berbagai
macam keinginan remaja dapat tersalurkan setelah mereka berkumpul dengan rekan
sebaya untuk melakukan kegiatan bersama.
Ø Keinginan mencoba segala sesuatu
Remaja memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi (high curiosity), mereka lalu menjelajah segala sesuatu dan
mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya.
Menurut Surakhmad (1980) remaja
Indonesia menunjukkan bahwa perkembangan yang sempurna membawa peranan sosial
sesuai dengan jenis kelamin mereka, dapat mempertimbangkan dan mengambil
keputusan sendiri, melepaskan diri dari ikatan emosional dengan orang tua,
memulai hidup berkeluarga, memulai hidup dalam ketatasusilaan dan keagamaan.
Menurut Havighurst, (dalam Hurlock,
1999) ciri masa remaja antara lain:
1. Masa remaja
sebagi periode yang penting
Remaja mengalami perkembangan fisik dan mental yang cepat
dan penting di masa semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian
mental dan pembentukan , minat dan nilai baru.
2. Masa remaja
sebagai masa peralihan
Peralihan tidak berarti putus dengan atau berubah dari
apa yang telah terjadi sebelumnya, tetapi peralihan merupakan perpindahan dari
satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya, dengan demikian dapat
diartikan bahwa apa yang terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekas pada apa yang
terjadi sekarang dan yang akan datang serta mempengaruhi pola dan
yang baru pada tahap berikutnya
3. Masa remaja
sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam dan selama masa
belajar sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Perubahan fisik yang terjadi
dengan pesat diikuti dengan perubahan dan yang berlangsung pesat.
Perubahan fisik menurun maka perubahan dan juga menurun
4. Masa remaja
sebagai usia bermasalah
Setiap periode mempunyai masalah-masalah sendiri namun
masalah maa remaja sering terjadi masalah yang sulit diatasai baik oleh remaja
laki-laki maupun perempuan. Ada dua alasan bagi kesulitan ini yaitu:
a. Sepanjang
masa anak-anak, masalah anak-anak sebagaian diselesaikan oleh orang tua dan
guru sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah
b. Remaja merasa
diri mandiri sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri menolak bantuan
orang tua dan guru
5. Masa remaja sebagai masa mencari indentitas
Pencarian identitas di mulai ketika masa kanak-kanak,
penyesuaian diri dengan standar kelompok lebih penting daripada ber
individualistis. Penyesuaian diri dengan kelompok pada masa remaja awal masih
tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan namun lambat laun mereka
menjadi pribadi yang berbeda dengan orang lain.
6.
Masa remaja sebagai usia yang
menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotype budaya bahwa remaja adalah
anak-anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan ber
merusak menyebabkan orang dewasa yang harus memebimbing dan mengawasi kehidupan
remaja muda takut bertanggung jawab dan ber tidak simpatik terhadap
remaja yang normal.
7.
Masa remaja sebagai masa yang tidak
realistik
Remaja pada masa ini melihat dirinya sendiri dan orang
lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam
hal cita-cita. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain
mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya
sendiri
8.
Masa remaja sebagai ambang masa
dewasa
Semakin mendekatnya usia kematangan, para remaja
menjadi gelisah untuk meningglakan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan
kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa, remaja mulai memusatkan diri pada
yang dihubungkan dengan status dewasa yaitu merokok, minum minuman keras,
emnggunakan obat-obatan an terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap
bahwa ini akan memberi citra yang mereka inginkan.
Sesuai
dengan pembagian usia remaja, menurut Monks (1999) maka terdapat tiga tahap
proses perkembangan menuju kedewasaan yang disertai dengan karateristik:
1. Remaja awal
(12-15 tahun)
Pada tahap ini, remaja masih heran terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya dan dorongan-dorongan yang
menyertai perubahan-perubahan tersebut. Mereka mulai mengembangkan
pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenisdan mudah terangsang
secara erotis. Kepekaaan yang berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya
pengendalian terhadap ego dan menambahkan remaja sulit mengerti dan dimengerti
oleh orang dewasa.
2. Remaja madya
(15-18 tahun)
pada tahap ini, remaja sangat membutuhkan teman-teman.
Ada kecenderungan narsistik yaitu mencintai dirinya sendir dengan cara menyukai
teman-teman yang mempunyai sifat sama dengan dirinya. Pada tahap ini remaja
berada dalam kondisi kebingungan karena masih ragu harus memeilih yang mana,
peka atau peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis dan
sebagainya.
3.
Remaja akhir (18-21 tahun)
Tahap ini adalah masa mendekati masa kedewasaan yang
ditandai dengan pencapaian:
a. Minat yang
semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek
b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu
dengan orang-orang lain dan mendapatkan pengalaman-pengalaman baru.
c. Terbentuknya
identitas seksual yang tidak akan berubah lagi
d. Egosentrisme
(terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan
antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain
e. Tumbuh dinding
pemisah antara diri sendiri dengan masyarakat umum
Keniston (dalam Santrock, 2003)
menggunakan istilah masa muda sebagai masa transisi antara remaja dan dewasa
yang merupakan waktu ketergantungan ekonomi dan pribadi. Batasan ini diambil
karena dalam perkembangannya antara masa remaja dan masa dewasa semakin lama
semakin kabur. Pertama, karena sebagian remaja tidak melanjutkan sekolah
melainkan bekerja atau menikah di usia remaja sehingga dengan begitu mereka
akan memasuki dunia orang dewasa pada usia remaja. Kalau dalam keadaan ini
dapat dikatakan masa remaja yang diperpendek, maka keadaan yang sebaliknya
dapat disebut sebagai masa remaja yang diperpanjang, yaitu apabila sesudah masa
remaja sesorang masih tinggal dan menjadi tanggungan orangtuanya. Misalnya
mahasiswa yang berusia 24 tahun namun masih dibiayai oleh orang tuanya, dengan
begitu otoritas masih ada pada orang tua (Monks, 2006).
2.3 Manfaat Mempelajari Karakteristik Perkembangan Remaja Untuk Guru Sekolah Menengah Pertama
Guru memegang
peranan yang sangat strategis terutama dalam membentuk watak bangsa serta
mengembangkan potensi siswa. Kehadiran guru tidak tergantikan oleh unsur yang
lain, lebih-lebih dalam masyarakat kita yang multikultural dan
multidimensional, dimana peranan teknologi untuk menggantikan tugas-tugas guru
sangat minim. Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan
keberhasilan pendidikan. Guru yang profesional diharapkan menghasilkan lulusan
yang berkualitas. Profesionalisme guru sebagai ujung tombak di dalam
implementasi kurikulum di kelas yang perlu mendapat perhatian (Depdiknas,
2005). Guru memiliki beberapa peran yaitu sebagai berikut.
1.
Inspirator dan motivator. Dalam proses
belajar dan pembelajaran, guru mampu menstimulasi, mendorong, serta
mengelaborasi daya berpikir siswa, sehingga mampu membentuk perasaan senang
dalam belajar dan memiliki siap dan perilaku yang tepat.
2.
Seorang yang memiliki sikap empati,
yaitu berusaha menyelami alam pikiran dan perasaan siswa.
3.
Pengelola proses belajar yang mampu menfasilitasi
setiap kemampuan dan kecerdasan siswa.
4.
Pemegang penguat perilaku yang
bijaksana, sehingga perilaku-perilaku positif peserta didik dapat terus
berkembang dan mengarah ke tingkat yang lebih baik.
Bagi para
pendidik dengan berbagai macam peran yang sudah disebutkan, harapannya dapat
mengetahui dan memahami perkembangan dan karakteristik peserta didik. Hal ini
sangatlah penting karena “transfer of learning” dalam proses belajar mengajar
dapat tersampaikan dan dapat diterima oleh peserta didik dengan baik. Dengan
memahami karakteristik perkembangan peserta didik tersebut, para pendidik dapat
menggunakan teknik-teknik yang tepat untuk mempelajari kemampuan, minat, dan
tingkat persiapan belajar peserta didik. Selain itu juga mampu mempertimbangkan
bermacam-macam prosedur mengajar, serta mampu menganalisis dan meneliti cara
belajar, kekuatan dan kelemahan belajar dari para pesera didiknya.
3.4 Metode Pengajaran yang Sesuai Untuk Peserta Didik Usia Sekolah Menengah Pertama
Dengan mengetahui karakter perkembangan peserta didiknya,
pendidik dapat menggunakan metode-metode yang sesuai untuk peserta didiknya, dari
sekian banyaknya model-model pembelajaran, secara umum ada tiga model
pembelajaran yang dapat digunakan untuk karakteristik anak usia Sekolah Menengah
Pertama (SMP), yaitu:
1. Model pembelajaran langsung (Direct
Instruction)
Metode yang digunakan dalam model
pembelajaran ini yang lebih dominan adalah metode Tanya Jawab, metode Ceramah,
dan lain-lain. Model ini harus dikemas melibatkan terjadinya interaksi multi
arah. Model pembelajaran langsung mempunyai fase-fase penting diantaranya :
Fase pendahuluan, pada fase ini guru menyampaikan kompetensi apa yang harus
dicapai siswa setelah proses pembelajaran, memotivasi belajar, mengingatkan
materi prasyarat. Fase Presentasi materi, guru dengan menggunakan metode
ceramah dan resitasi (mengecek pemahaman dengan Tanya Jawab). Kemudian
fase terakhir guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berlatih, menyimpulkan hasil belajar dan memberikan umpan
balik terhadap keberhasilan siswa. Fase tersebut dapat disajikan pada tabel
berikut :
Fase
|
Peran Guru
|
Pendahuluan
|
Menyampaikan
kompetensi yang harus dikuasai siswa, memotivasi, mengingatkan materi
sebelumnya, dan mempersiapkan siswa
|
Presentasi Materi
|
mendemonstrasikan
keterampilan atau menyajikan informasi tahap demi tahap dengan metode ceramah
dan resitasi
|
embimbing Pelatihan
|
melakukan latihan
terbimbing
|
Memberikan umpan balik
|
mengecek kemampuan
siswa dan memberikan umpan balik
|
Kesimpulan
|
Merangkum dengan tanya
jawab dan memberi tugas
|
Sumber : Drs. Sumardi
Pengembangan Model Pembelajaran,
Widyaiswara LPMP Yogyakarta
2. Model pembelajaran kooperatif
Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang
mengharuskan siswa untuk bekerja dalam suatu tim untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan
tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk tujuan bersama. Model kooperatif
merupakan model pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk mencapai
kompetensinya dengan menekankan kerjasama antarsiswa. Dengan demikian, metode
mengajar yang digunakan guru adalah diskusi kelompok. Adapun ciri-ciri model
pembelajaran kooperatif antara lain :
a. Untuk mencapai kompetensi yang
ditetapkan, siswa belajar dalam kelompok.
b. Kelompok dibentuk dari siswa dengan
memperhatikan kemampuan,gender, ras, budaya dan suku.
c. Penghargaan diutamakan pada kerja
kelompok daripada perorangan.
Pembelajaran
kooperatif mempunyai tujuan penting, yaitu :
1. Hasil Belajar Akademik
Pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan proses konstruksi siswa terhadap pengetahuan yang
dipelajarinya.
2. Penerimaan terhadap keberagaman
Menumbuhkembangkan
interaksi sosial bagi siswa. Siswa akan lebih mudah menerima teman-temannya
yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang.
3. Pengembangan ketrampilan social
Mengembangkan
saling percaya dengan berbagi tugas dalam kelompok, aktif bertanya, menghargai
pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mempresentasikan dan
lain-lain.
3. Model pembelajaran berdasarkan
masalah (Problem Based Instruction)
Model PBM (Problem Based
Instruction) adalah suatu metode yang diajarkan dengan melihat fakta yang
berkembang atau berdasarkan masalah yang ada kemudian akan dilakukan diskusi
dan pemecahan masalah tersebut. Model Pembelajaran berdasarkan pada masalah
tertentu, bertujuan untuk:
a) Membantu siswa mengembangkan
ketrampilan berfikir danketrampilan memecahkan masalah.
b) Belajar menjadi peranan sebagai
orang dewasa.
c) Belajar Mandiri.
Pelaksanaan
model pembelajaran berdasarkan masalah sebagai berikut :
1) Penetapan Tujuan
Guru
mendeskripsikan tujuan model pembelajaran masalah.
2) Merancang situasi masalah
Guru
merumuskan masalah yang akan dipelajari/diselidiki siswa. Masalah tersebut
harus otentik, dan bermakna bagi siswa.
3) Organisasi sumber daya dan rencana
logistic
Guru
menyiapkan atau menginformasikan material, sarana atau sumberbelajar yang dapat
dimanfaatkan siswa dalam memecahkan masalahyang ada.
4) Orientasi siswa pada masalah
Siswa
diberikan pengertian bahwa tujuan pembelajaran berdasarkanmasalah tidak untuk
memperoleh informasi baru dalam jumlah besar,melainkan siswa harus melakukan
penelitian terhadap masalah pentinguntuk biasa belajar mandiri.
5) Mengorganisasikan siswa untuk
belajar
Mengembangkan
ketrampilan kerjasama antar siswa dan salingmembantu untuk menyelidiki masalah
secara bergotong royong. Guru membantu siswa yang memerlukan dalam merencanakan
penyelidikandan tugas-tugas pelaporan.
6) Assessment dan
evaluasi
Sistem
assessment yang dilakukan adalah penilaian otentik yang menyangkut
penilaian proses berfikir siswa dan juga penilaian hasil belajar.
BAB 3. PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat di
ambil kesimpulan bahwa masa remaja adalah merupakan periode yang penting dimana
didalamnya merupakan gabungan antara periode peralihan, periode perubahan, usia
yang bermasalah, mencari indentitas, usia yang menimbulkan ketakutan, masa
tidak realistik, masa ambang kedewasaan. Sedangkan kekhususan pada tugas
perkembangan seksual maka pada masa ini mulai terjadinya perubahan baik secara
sosial, fisik, dan mental terhadap hal-hal seksual.
Dengan memahami
karakteristik perkembangan peserta didiknya, para pendidik dapat menggunakan
teknik-teknik yang tepat untuk mempelajari kemampuan, minat, dan tingkat
persiapan belajar peserta didik. Selain itu juga mampu mempertimbangkan
bermacam-macam prosedur mengajar, serta mampu menganalisis dan meneliti cara
belajar, kekuatan dan kelemahan belajar dari para pesera didiknya. Dan
para pendidik dapat menggunakan beberapa metode pengajaran yang sesuai untuk
peserta didik usia Sekolah menegah pertama yaitu model pembelajaran langsung, model pembelajaran kooperatif, dan
model pembelajaran berdasarkan masalah.
b. Saran
Makalah ini masih perlu perbaikan, ada
kalanya pembaca mampu memberi saran demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2011.
Anonim,2012
Anonim.2012.
Hartinah, Siti. 2008. Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta: PT Refika Aditama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar